Kamis, 07 Juni 2012

Sejarah Karate


SEJARAH KARATE
Pada tahun 1477 Raja Soshin di Okinawa memberlakukan larangan pemilikan senjata bagi golongan pendekar. Tahun 1609 Kelompok Samurai Satsuma dibawah pimpinan Shimazu Iehisa masuk ke Okinawa dan tetap meneruskan larangan ini. Bahkan mereka juga menghukum orang-orang yang melanggar larangan ini. Sebagai tindak lanjut atas peraturan ini orang-orang Okinawa berlatih Okinawa-te (begitu mereka menyebutnya) dan Ryukyu Kobudo (seni senjata) secara sembunyi-sembunyi. Latihan selalu dilakukan pada malam hari untuk menghindari intaian. Tiga aliranpun muncul masing-masing memiliki ciri khas yang namanya sesuai dengan arah asalnya, yaitu : Shurite , Nahate dan Tomarite.

Namun demikian pada akhirnya Okinawate mulai diajarkan ke sekolah-sekolah dengan Anko Itosu (juga mengajari Funakoshi) sebagai instruktur pertama. Dan tidak lama setelah itu Okinawa menjadi bagian dari Jepang, membuka jalan bagi karate masuk ke Jepang. Gichin Funakoshi ditunjuk mengadakan demonstrasi karate di luar Okinawa bagi orang-orang Jepang.

Gichin Funakoshi sebagai Bapak Karate Moderen dilahirkan di Shuri, Okinawa, pada tahun 1868, Funakoshi belajar karate pada Azato dan Itosu. Setelah berlatih begitu lama, pada tahun 1916 (ada yang pula yang mengatakan 1917) Funakoshi diundang ke Jepang untuk mengadakan demonstrasi di Butokukai yang merupakan pusat dari seluruh bela diri Jepang saat itu.Selanjutnya pada tahun 1921, putra mahkota yang kelak akan menjadi kaisar Jepang datang ke Okinawa dan meminta Funakoshi untuk demonstrasi. Bagi Funakoshi undangan ini sangat besar artinya karena demonstrasi itu dilakukan di arena istana. Setelah demonstrasi kedua ini Funakoshi seterusnya tinggal di Jepang.

Selama di Jepang pula Funakoshi banyak menulis buku-bukunya yang terkenal hingga sekarang. Seperti "Ryukyu Kempo : Karate" dan "Karate-do Kyohan". Dan sejak saat itu klub-klub karate terus bermunculan baik di sekolah dan universitas.

Gichin Funakoshi selain ahli karate juga pandai dalam sastra dan kaligrafi. Nama Shotokan diperolehnya sejak kegemarannya mendaki gunung Torao (yang dalam kenyataannya berarti ekor harimau). Dimana dari sana terdapat banyak pohon cemara ditiup angin yang bergerak seolah gelombang yang memecah dipantai. Terinspirasi oleh hal itu Funakoshi menulis sebuah nama "Shoto" sebuah nama yang berarti kumpulan cemara yang bergerak seolah gelombang, dan "Kan" yang berarti ruang atau balai utama tempat muridnya-muridnya berlatih.

Simbol harimau yang digunakan karate Shotokan yang dilukis oleh Hoan Kosugi (salah satu murid pertama Funakoshi), mengarah kepada filosofi tradisional Cina yang mempunyai makna bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’. Digunakan dalam karate Shotokan karena bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga dan juga ketenangan dari pikiran yang damai yang dirasakan Gichin Funakoshi ketika sedang mendengarkan suara gelombang pohon cemara dari atas Gunung Torao.

Sekalipun Funakoshi tidak pernah memberi nama pada aliran karatenya, murid-muridnya mengambil nama itu untuk dojo yang didirikannya di Tokyo tahun sekitar tahun 1936 sebagai penghormatan pada sang guru. Selanjutnya pada tahun 1949 Japan Karate Association (JKA) berdiri dengan Gichin Funakoshi sebagai instruktur kepalanya.

Shotokan adalah karate yang mempunyai ciri khas beragam teknik lompatan (lihat Enpi, Kanku Dai, Kanku Sho dan Unsu), gerakan yang ringan dan cepat. Membutuhkan ketepatan waktu dan tenaga untuk melancarkan suatu teknik.

Gichin Funakoshi percaya bahwa akan membutuhkan waktu seumur hidup untuk menguasai manfaat dari kata. Dia memilih kata yang yang terbaik untuk penekanan fisik dan bela diri. Yang mana mempertegas keyakinannya bahwa karate adalah sebuah seni daripada olah raga. Baginya kata adalah karate. Funakoshi meninggal pada tanggal 26 April 1957.

Hingga kini 4 besar aliran karate di Jepang yaitu Shotokan, Gojuryu,

Biografi Saya


ASEP FAUZAN GHOZALI
Nama                                       : Asep Fauzan Ghozali
Tempat, Tanggal lahir             : Garut, 16 Desember 1989
Alamat                                                : Kp. Salamgede RT.01/RW.01 – Desa Kersamenak – Kec. Tarogong Kidul – Kab. Garut – Jawa Barat
No. Telp/E-mail                       : 085323972823 / greenblack_army@yahoo.com
Hobi                                        : Baca Buku, Olahraga (Karate)
Motto Hidup                           : “Hidup Cuma Satu Kali, Berjuang Tanpa Henti, Raih Prestasi Yang Tinggi dan tidak lupa meraih Ridho Illahi”..

Asep Fauzan Ghozali (Lahir di Garut, 16 Desember 1989 ), merupakan keturunan sunda asli. Anak dari ayah yang bernama H. Ghozali Muchtar Ashsidiq dan ibu bernama Ria Sobariah. Merupakan cucu dari seorang pejuang pendidikan di daerahnya, cicit dari seorang Kyai yang bernama Sekhuna Hasbulloh Al-Ghozali yang merupakan salah satu pemuka agama yang terkenal. Lahir sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dengan tiga adik perempuan. Sebagai seorang pemuda yang lahir dilingkungan pesantren, saya senantiasa mendapat didikan yang bernuansa islami, bahkan sejak kecil sudah dikenalkan dengan pesantren.
Riwayat pendidikan :
·         Sekolah Dasar Negri Kersamenak II pada tahun 2002
·         Sekolah Menengah Pertama Negri 1 Tarogong Kaler pada tahun 2005
·         Sekolah Menengah Atas Negri 3 Tarogong Kidul/15 Garut (sekarang) pada tahun 2008
·         Menyelesaikan Program Strata 1 di Universitas Garut sebagai Sarjana Ekonomi pada tahun 2012
Pengalaman Organisasi :
·         Ikatan Remaja Masjid Annur sebagai KABID Dakwah dan Kaderisasi periode 2006 – 2007
·         Majelis Perwakilan Kelas (MPK) sebagai Wakil Ketua Umum periode 2006 – 2007
·         Ekstrakulikuler Karate (Bandung Karate Club) sebagai Ketua Umum periode 2006 – 2007
·         Persaudaraan Pelajar Muslim Garut (PPMG) periode 2006 – 2007
·         Forum Silaturahmi Remaja Islam Garut (FOSRIGA) sebagai KABID Pemuda, Seni dan Olahraga periode 2006 – 2007
·         Kesatuan Aksi Pelajar Muslim Indonesia (KAPMI) sebagai koordinator Aksi periode 2006 – 2007
·         Ikatan Pemuda NU 2007
·         Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) sebagai Ketua Umum Komisariat Universitas Garut periode 2011 – 2012
·         Himpunan Mahasiswa Prodi Manajemen Sebagai KABID Pemuda, Seni dan Olahraga periode 2010 – 2011
·         Kader Pengembang Moral Etika Pemuda Indonesia (KAPMEPI)
·         UKM Olahraga Beladiri Karate sebagai Ketua Umum periode 2008 – 2010
·         Bandung Karate Club (BKC) Cabang Garut sebagai Atlet, Pelatih Dojo dan Asisten Pelatih Bidang Komite Tehnik Cabang Garut
Sejak SMP sudah aktif terlibat di bidang olahraga, yaitu olahraga beladiri Tae Kwondo, pada usia SMP kelas 3 saya memberanikan diri membuka unit latihan di daerah perkampungan saya yang peserta didiknya adalah anak – anak dari usai SD sampai SMP. Namun, ketika memasuki SMA saya berpindah ke olahraga beladiri karate. Semasa SMA saya disibukan dengan kegiatan – kegiatan keorganisasian maupun karate. Mulai dari kelas 1 mulai mengikuti dan masuk organisasi Majelis Perwakilan Kelas (MPK ), Ikatan Remaja Masjid Annur (IRMA), Ekstrakulikuler KARATE dan Kelompok Remaja Ilmiah (KIR) yang ada disekolah, sedangkan diluar sekolah saya bergabung dengan Persaudaraan Pelajar Muslim Garut (PPMG) dan bahkan di semester dua saya dan teman – teman seperjuangan membentuk sebuah organisasi remaja islam yang bernama Forum Silaturahmi Remaja Islam Garut (FOSRIGA) dengan jabatan Ketua Bidang Pemuda, Seni dan Olahraga) yang alhamdulillah telah sukses melaksanakan kegiatan perdananya, yaitu Training Center Pemuda dan Remaja Se-Kabupaten Garut dengan jumlah peserta sekitar 100 orang lebih dari seluruh remaja sekolah dan pemuda yang ada di Kabupaten Garut.
            Memasuki kelas 2 SMA, seiring dengan perjalanan waktu maka di organisasi – organisasi yang saya ikuti telah ada pergantian pengurus dan saya pun diberikan tanggung jawab menjadi salah satu pengurus di beberapa organisasi tersebut. Di Karate saya menjabat sebagai Ketua Ekstrakulikuler periode 2006 - 2007, di MPK saya menjabat sebagai Wakil Ketua Umum periode 2006 – 2007, di IRMA saya menjabat sebagai Ketua Bidang Kaderisasi dan Dakwah periode 2006 – 2007 dan di PPMG sebagai sekretaris bidang kaderisasi periode 2006 – 2007. Perjuangan dalam membentuk karakter pemuda dan remaja di Kabupaten Garut saya lakukan bersama teman – teman seperjuangan di organisasi dengan melaksanakan kegiatan – kegiatan seperti proses perekrutan dan kaderisasi, seminar – seminar, penyuluhan – penyuluhan langgsung ke masyarakat, bakti sosial bahkan ikut terlibat menjadi mentor untuk remaja yang lainnya.
Setelah memasuki dunia perkuliahan, Ghiroh dan semangat saya dalam perjuangan charakter building menjadi semakin menggebu – gebu. Sejak SMA memang alhamdulillah saya lolos seleksi atlet karate daerah, beberapa prestasi pun pernah diraih bahkan sampai sekarang masih aktif sebagai atlet. Menurut saya, menjadi atlet saja tidaklah cukup dalam sebuah perjuangan membangun karakter pemuda dan remaja. Sehingga saya berfikir untuk membagi ilmu saya kepada pemuda dan remaja yang lain melalui olahraga beladiri karate, akhirnya saya mencoba untuk membuka Dojo/Unit Latihan Karate di kampus saya dengan dibantu oleh teman – teman dan dosen yang ada di kampus Universitas Garut alhamdulillah saya diijinkan membuka dojo di kampus bahkan olahraga beladiri karate menjadi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Olahraga Beladiri. Peserta tidak saya batasi, dojo UNIGA terbuka untuk  pelajar SD,SMP,SMA, Mahasiswa dan UMUM. Saya berfikir bahwa membangun karakter remaja dan pemuda melalui metode pelatihan karate adalah sebuah bentuk nyata. Karena karate mengajarkan bagaimana kita bersikap dan memaknai hidup ini. Saya merasakan sendiri bahwa olahraga beladiri karate ini memiliki manfaat yang sangat besar, terutama untuk anak muda seperti para pelajar dan mahasiswa. Karate tidak saja menyehatkan badan, tapi juga membangun jiwa kompetitif dan sportifitas. Lebih dari itu, dia juga dapat menjadi sarana pembangunan karakter seseorang.
Dalam karate ada banyak filosofi yang bertujuan membangun karakter. Misalnya saja ada “rei” yang mengajarkan sikap saling menghormati, ada “muga” atau berkonsentrasi penuh, dan “shubaku” atau senantiasa berhati lembut. Selain itu, ada juga “tai no sen” yang mengajarkan karateka untuk selalu memiliki inisiatif, “keiko” yang mengajarkan untuk selalu rajin, dan sebagainya. Semua ini harus dilakukan untuk mencapai “do” atau jalan yang sebenarnya.
Dalam pencapaian “do” inilah, karakter karateka akan terbentuk dengan menjalankan berbagai ajaran tersebut. Seperti beladiri yang lainnya, dalam karate latihan jasmani dan rohani berjalan seimbang. Pembangunan karakter ini adalah hal terpenting dalam karate.
Itu semua cocok dengan kondisi sekarang, di mana banyak kita saksikan kabar pemuda, pelajar dan mahasiswa terlibat perkelahian dan tawuran di kampus. Coba mereka diarahkan ke olahraga beladiri ini, agresivitas mereka akan bisa diredam dan disalurkan ke hal yang positif, karakter mereka terbentuk, dan bahkan bisa berprestasi.
Karena sebenarnya karate ini dapat membentuk manusia Indonesia yang rendah hati, tetapi punya isi. Tangguh, teguh, dan konsisten dengan sikapnya. Karate juga membentuk jiwa kompetitif untuk meraih kemenangan. Namun di sisi lain juga menanamkan sikap sportif yang bisa menerima kekalahan. Saya akui, banyak karakter saya dalam kehidupan dan memimpin organisasi terbentuk oleh karate, terutama soal disiplin, tegas, berani, konsisten bersikap, kompetitif, dan lain sebagainya.
Para pemuda, pelajar dan mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Merekalah yang kelak akan menjadi para pemimpin bangsa ini. Karena itu, karakter mereka harus dibentuk dengan baik. Karate akan membentuk karakter yang berani, pekerja keras, disiplin, kompetitif, sportif, namun tetap rendah hati. Ini adalah karakter yang sangat dibutuhkan untuk menjadi pemimpin.
Sampai saat ini saya sudah memiliki 2 Dojo, yakni di Universitas Garut dan AMIK GARUT dengan jumlah peserta didik (karateka) berjumlah sekitar 120 orang (termasuk pelajar SD, SMP, SMA, SMK,Mahasiswa, Dosen dan umum. Alhamdulillah beberapa prestasi sudah diraih oleh beberapa adik – adik saya di dojo, baik prestasi tingkat lokal, regional maupun nasional.
Aktivitas yang padat itu baik didalam berorganisasi dan berolahraga karate tidak mengganggu nilai akademis saya di sekolah dan di perkuliahan. Sejak SMP dan SMA alahamdulillah saya selalu saja masuk menjadi Ranking kelas 5 besar bahkan 3 besar. Sekarang pun di perkuliahan alahamdulillah prestasi saya dibidang akademik mendapatkan nilai IPK 3,6 .
Nilai – nilai inilah yang saya ajarkan kepada seluruh adik – adik dan anak didik saya di karate, bahwa karate akan membentuk karakter menjadi lebih baik. Prestasi karate YES! Prestasi Akademis OK! Tanamkan semngat juang yang tingggi, karena “Hidup Cuma Satu Kali, Berjuang Tanpa Henti, Raih Prestasi Yang Tinggi dan tidak lupa meraih Ridho Illahi”..Tetap SEMANGAT!!!

my activity



ASEP FAUZAN GHOZALI